Hambatan dan Tantangan Danantara
Sebagai sebuah lembaga yang mengelola aset negara sebesar US$ 982 miliar yang berasal dari 844 BUMN (termasuk anak dan cicit usaha), bahkan terakhir dengan masuknya aset GBK, maka Danantara akan mengelola aset hingga US$ 1 triliun, maka Danantara harus menjadi pilar utama negeri ini dalam melakukan investasi di Luar Negeri, menjadi lembaga dengan kekuatan keuangan yang dahsyat yang mampu menghasilkan devisa bagi negara dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, penyumbang utama bagi APBN dan mampu mengurangi dan menghilangkan ketergantungan negara ini pada hutang luar negeri.
Lantas kalau danantara menggabungkan semua asset BUMN, apa bedanya danantara dengan Kementrian BUMN?
Hal ini juga awalnya menjadi bahan pemikiran ane tentang badan ini, apakah tidak terjadi overlaping dalam tugas dan pembiayaan anggaran negara karena fungsi antara Danantara dan Kementrian BUMN terlihat sama. Lantas kalau fungsinya sama, kenapa Kementrian BUMN tidak dibubarkan saja?
Setelah ane coba pelajari secara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, ane justru saat ini setuju Kementrian BUMN tetap dipertahankan, karena Danantara memang bertugas hanya sebagai Badan Pengelola Investasi sedangkan kementrian BUMN, bertugas untuk mengurusi sisi bisnisnya BUMN itu sendiri. Dalam bahasa sederhana, BUMN sebagai toko-toko yang menghasilkan profit diurusi oleh kementrian BUMN, sedangkan profit dari toko-toko tersebut dikelola dan diinvestasikan oleh Danantara.
Saat BUMN nya bangkrut, maka yang perlu kita kritik adalah Kementrian BUMN, tapi jika investasi danantara malah salah sasaran, dia berinvestasi ke MBG yang harusnya dibiarkan dikelola oleh UMKM atau malah melirik jadi investor Judol di kamboja yang menggiurkan, maka Danantaranya yang tidak berpikir besar.
Hal yang penting lagi tentunya jangan biarkan Danantara dicampuri dengan politik, misalnya Danantara memberikan pinjaman berbunga kepada Hasto untuk menyuap KPU supaya Harun Masiku jadi anggota DPR lewat PAW, walaupun hal itu perintah ibu, maka hal seperti itu terlalu kecil bagi Danantara. Atau misalnya lagi Danantara menjadi donatur partai perubahan yang saat ini sedang mencari sumber dana, dengan iming-iming misalnya tambahan asset jika ketua umumnya menang jadi presiden, itu juga terlalu beresiko.
Danantara harus berpikir besar. Berinvestasi pada pengembangan Biodiesel negeri ini, mengembangkan industri pertahanan Indonesia, bekerjasama dengan swasta nasional untuk mengembangkan infrastruktur, bisa juga ikut berinvestasi pada dunia pariwisata.
Jika dikelola dengan baik, ane yakin Danantara akan menjadi pilar utama penyumbang dana bagi APBN.
Jika hal itu terwujud, maka bagi ane Danantara adalah gebrakan dalam pemerintahan Prabowo bahkan terobosan awal bagi pertumbuhan ekonomi negeri ini. Kosongkan dulu pikiran kita tentang politik dan kekalahan menyakitkan dan memalukan junjungan kita pada pemilu, atau singkirkan dulu kesombongan dan rasa malu kita bahwa jinjingan kita pasti menang pilpres gak taunya kalah, maka ane yakin kita bisa bersepakat akan hal ini.. Walaupun yahh tetap saja malu sihh..
Tapi memang hal mustahil menjadikan Danantara menjadi Besar, jika kita sendiri tetap berpikir kecil.
Kecuali dalam bisnis Mak Erot, sekecil apapun modal awal kita, maka bisa saja diperbesar..
Tapi ini danantara..Bukan Mak Erot