Rahmat Mirzani Djausal
Jihan Nurlela Chalim
Example 728x250
Kata Mereka

Dilema Penggusuran Kepala Burung

42
×

Dilema Penggusuran Kepala Burung

Sebarkan artikel ini
exspaper.com

Para Pahlawan Kesiangan

Di pagi hari yang cerah, raut wajah takut dan dingin terlukis jelas pada wajah-wajah warga kepala burung, saat derap langkah Satpol PP berpakaian anti huru-hara mendekat. Perlawanan yang singkat berubah menjadi tangisan saat rumah-rumah mereka dirobohkan oleh alat-alat berat Pemprov Lampung.

Penggusuran berjalan mulus hingga siang hari, saat dua orang datang mengendarai mobil mewah bernomor cantik, menerobos masuk area penggusuran. Katanya, Kementerian telah mengeluarkan surat tidak ada penggusuran di area tersebut. Tak lama mereka pun berlalu karena tidak ada yang perduli, sia-sia memang.

Menjelang sore, para petugas yang akan menggusur bagian ujung lahan terlibat pertikaian kecil dengan kurang lebih 6 enam orang pemuda dan pemudi. Mereka berteriak menentang penggusuran, dan itu menjadi sedikit momen pelepas penat warga yang sedang mengangkut barang-barangnya.

Katanya mereka mahasiswa, setelah saya tanyakan langsung kepada salah satu dari mereka, dan ia mengatakan bahwa telah lama lulus kuliah, dan ada juga yang mengatakan bahwa salah satu dari mereka adalah jurnalis. Akhirnya terungkap ada yang menyatakan bahwa mereka tergabung dalam Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID).

Berbekal TOA, handphone untuk merekam momen, serta lagu perjuangan dan sesekali memutar puisi Wiji Thukul dengan judul “Apa Guna”, mereka datang menjelang petang. Tentu ini berpotensi menimbulkan gesekan antara Satpol PP yang sudah menguras keringat bertugas dari pagi hari.

Saya pribadi memberikan apresiasi secara khusus, setidaknya mereka paham tentang seni memilih waktu yang tepat untuk bertikai.

Dilema itu muncul, yang datang pasti dapat melihat dengan jelas bahwa para petugas itu, baik dari Satpol PP, Polda Lampung dan Brimob memiliki hati nurani dan rasa simpati melihat kondisi saudara sebangsanya yang tengah digusur, tapi tugas adalah tugas.

Teriakan cacian dari para penentang ini tidak sepantasnya dilontarkan kepada para aparat yang diberikan tugas oleh atasannya, karena di lokasi kejadian kamera para jurnalis dan warga sejatinya hanya merekam peristiwa penggusuran, bukan peristiwa-peristiwa murahan lainnya.

Dengan seni memilih waktu yang tepat untuk bertikai, maka saya beranggapan bahwa ada yang menunggangi pergerakan para penentang itu. Tapi tak apalah, namanya juga usaha.

Walaupun seharusnya semua pihak mengedepankan cara untuk melindungi warga dari kemungkinan bentrokan dengan aparat, bukan menciptakan cara yang dapat memprovokasi warga.