Gus Miftah Diserang “Netizen”
Gus Miftah diserang! Netizen Indonesia mencaci Pria asal Lampung Timur ini lantaran dirinya dianggap mengina pedagang es teh keliling saat acara Tabligh Akbar di Magelang pada 20 November 2024 yang lalu, sebulan setelah pelantikannya sebagai Usutan Khusus Presiden.
Selain Gus Miftah, acara Magelang Bersholawat yang digelar di lapangan Drh. Soepardi Kota Mungkid itu juga dihadiri oleh Gus Yusuf Chudlori dan Habib Zaidan.
Sebagai seorang pendakwah, tentu sah-sah saja mem-branding diri dengan gaya nyentrik selagi masih dalam batas wajar, gunanya tentu lebih memudahkan untuk dikenal, baik itu dari fashion maupun gaya bicara.
Namun tidak dibenarkan pendakwah memiliki atau mengidap NDP, karena sejatinya Islam mengajarkan untuk memuliakan orang lain. Namun jika kita kembali pada kata “manusia tidak ada yang sempurna dan tempatnya salah dan dosa” selesai sudah perkara narsis ini.
Beberapa hari lalu, tersiar kabar berupa potongan video bahwa Gus Miftah melontarkan kata-kata yang dianggap tidak tepat yang ditujukan kepada pedagang es teh, yang akhirnya membuat gaduh manusia se-Republik ini.
Sebagai Pejabat Negara, hal itu merupakan tindakan yang tidak dibenarkan, begitu juga dengan profesinya sebagai pendakwah kata-kata tersebut tidak mewakili Islam sesungguhnya. Pada intinya dua profesi yang dilakoni Gus Miftah hari ini adalah profesi yang mewakili institusi dan mewakili kepercayaan umat beragama.
Lantas mengapa setelah lebih dari sepekan potongan video Gus Miftah yang mengumpat penjual es teh itu viral? Apakah ini ada kaitannya dengan tugasnya sebagai Utusan Khusus Presiden? Jawabannya tentu saja ada kaitannya.
Pejabat Negara itu bagaikan manusia penakut yang pemikirannya selalu dibayang-bayangi hantu, semakin lemah dan takut, tanpa belas kasihan pasti terdesak oleh bayang-bayang hantu yang menakutkan.
“Ketakutan” akan amanah yang diembannya, Gus Miftah akhirnya meminta maaf kepada si penjual es teh dengan mendatangi langsung ke rumah penjual es teh untuk meminta maaf. Tidak sampai disitu, Gus Miftah-pun memberikan gelar Anggota Kehormatan Banser kepada si penjual es teh.
Jika bukan menyandang gelar sebagai Utusan Khusus Presiden maka “guyonan”, umpatan, cacian, dan sebutan buruk lainnya yang dikeluarkan oleh Gus Miftah tidak akan ada yang menggubrisnya. Seperti yang terjadi pada saat Gus Miftah terkesan mengumpat Yati Pesek 2 tahun yang lalu.
Video Gus Miftah menghina Yati Pesek ini, beredar setelah Gus Miftah meminta maaf kepada si penjual es teh, ini bukti nyata bahwa ada gerakan-gerakan politik untuk menjatuhkan nama baik Gus Miftah.
Entah ada koordinator penggeraknya atau tidak, tapi saya tidak begitu yakin jika ini adalah gerakan yang tidak di koordinir. Apa pun itu, yang pasti skenario gerakan ini berhasil menumbangkan Gus Miftah sang pendakwah lokalisasi. Sudahlah jangan panjang lebar, koordinator harus singkat jelas dan padat.
Mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto adalah langkah yang tepat dan berani, atau memang takut. Karena jika tidak merasa bersalah untuk apa takut.
Jean-François Paul de Gondi atau dikenal Kardinal de Retz, mengatakan bahwa Rasa takut selalu memperbesar masalah dan memberi wujud kepada semua khayalan manusia, menunjukkan apa pun di dalam pikiran; sehingga orang yang penuh rasa takut akan terjatuh de dalam situasi yang tidak nyaman, disebabkan oleh bahaya yang dibayangkan.