Kata Mereka

Jalan Ninja Ekonomi Prabowo

26
Prifko Yuhady, Sekretaris Jenderal Barisan Relawan Indonesia Maju 08 (BRIM-08)

Apalah artinya MBG dibandingkan pagar laut? Paling tidak MBG lebih menjamin bahwa dana yang digelontorkan pemerintah terserap oleh masyarakat lain jika dibandingkan dengan program BLT.

Prifko Yuhady, S.E – Sekjen BRIM-08

Semenjak mendukung Prabowo-Gibran, ane menulis di laman Facebook Era Madinah juga jadi takut-takut.

Bukan takut ama manusianya, tapi berusaha menjawab satu-persatu tuduhan pendukung Anies yang kadang “metikus buta” dalam memfitnah (emang babi doang yang buta, apalagi babikan haram, anak abahkan lebih Islam dari orang Islam lain).

Di tengah fakta jempol ane Segede pisang Ambon, bukan juga perkara mudah. Percayalah, itu sama susahnya dengan ane diminta menjawab, apakah anak selegram bahenol itu betul anaknya Ridwan Kamil. Dikira ente, waktu proses buatnya ane ngintipin apa.

Gak dijawab, ane takut kualat dengan cita-cita founding father kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Makanya, mendingan ane nyalurin hasrat nulis ane, di media adek ane aja. Mumpung gratis, aman dari hinaan dan fitnahan, kalau ane sudah dibayarlah, di kasih jabatanlah (jabatan apaan, diangkat hansip juga gak).

Baydeway, anyway, busway kebakar zaman Ahok.

Ane sebetulnya tertarik dengan Prabowonomics yang identik dengan Sumitronomics yang dijalankan Prabowo saat ini.

Tanpa juga bermaksud minta jatah komisaris kaya abu janda, ane harus sampaikan, bahwa Program Makanan Bergizi Gratis, itu salah satu stimulus ekonomi cerdas ala Prabowo, bahkan jika dibandingkan dengan Bantuan Langsung Tunai ala SBY sekalipun.

Kita sama-sama faham, bahwa setiap program stimulus ekonomi, syarat utamanya jika ingin dikatakan sukses dan berhasil adalah bagaimana uang yang diberikan tersebut mampu berputar meningkatkan daya beli masyarakat. Ada komoditas pertanian dari petani tanah garapan yang dibeli, ada tenaga kerja baru yang diserap, ada UMKM yang usahanya didukung, dan ada tujuan jelas dari program stimulus yang dijalankan.

Dan semua syarat tersebut di atas, diakui atau tidak diakui oleh anak Abah yang merasa bergelar Al-Amin, jujur dari orang paling jujur di dunia, nyata terjadi pada program Makanan Bergizi Gratis ala Prabowo Cerdas, luar biasa (Bismillah, jadi komisaris)

Setiap dapur dari MBG pasti harus mempersiapkan tenaga kerja untuk masak dan packing, dan tenaga kerja ini ane gak yakin diambil dari China, mereka juga setiap hari harus mempersiapkan belanja kebutuhan makanan dari sayur, telor, beras dan lauk pauk lainnya, dan ini juga kalau mereka mau untung, tidak mungkin mereka import dari China, harus dibeli di pasar terdekat.

Syarat-syarat mitra MBG yang ketat, dari pengajuan yayasan pengelola, titik dapur yang tidak boleh tumpang tindih, quota harian makanan yang didistribusikan, tidak memungkinkan Aguan atau Indomart dan Alfamart untuk ngiler ikut bersaing mendirikan dapur berdampingan bak Romlah dan juminten.

Apalah artinya MBG dibandingkan pagar laut?

Paling tidak MBG lebih menjamin bahwa dana yang digelontorkan pemerintah terserap oleh masyarakat lain jika dibandingkan dengan program BLT. Buktinya tetangga ane, dapat BLT malah duitnya dipake main jablay, gimana coba cara pemerintah mengawasi duit tunai yang sudah dipegang masyarakat tersebut? Ini bukan fitnah, kalau gak percaya tanya aja Ridwan Kamil.

MBG juga lebih efektif menjadi stimulus ekonomi, jika dibandingkan efektivitas stimulus ekonomi pembangunan infrastruktur jaman eyang Suharto ataupun pak Jokowi, karena tidak ada singkong Vietnam yang dipakai, bayam RRC, apalagi Kangkung Jerman, semuanya pasti asli produk Indonesia, jika pengusaha MBG memegang prinsip mencari untung lumayan, kecuali dia pengusaha kurang waras.

Gak bakalan terjadi kaya trickle down effect saat pembangunan awal tol Jagorawi. Bukannya tenaga kerja Indonesia yang diserap, malah pake tenaga kerja dari Korea. Satu-satunya hasil serapan yang terasa, cuma tetangga ane yang kerja di diskotik, sekarang punya anak turunan Korea, hasil kolaborasi kerja keras mandi keringat bersama dengan tenaga kerja Korea malam hari. Tapi kerja kolaborasi ini bukan malah ngecor jalan tol, tapi ngecor tetangga ane.


Penulis adalah mantan pendukung Anies senior, sebelum dia berusaha mendaftar PDIP untuk jadi Gubernur dan Sekjen BRIM-08.

Exit mobile version