Kata Mereka

Jokowi, Pengusaha Mebel Yang Menjelma Menjadi Kekuatan Utama Politik Di Indonesia

111

Pada Pemilu 2014, Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia berpasangan dengan Jusuf Kalla, Jokowi-JK dengan Koalisi Indonesia Hebat berhasil memperoleh suara sebesar 53,15% unggul dari pasangan Prabowo-Hatta yang memperoleh suara sebesar 46,85%.

Terpilihnya Jokowi pada Pemilu 2014 lalu tidak lain karena branding yang ia bangun dari Solo, masyarakat menengah menilai idealisme Jokowi sangat sama dengan mereka, dan dukungan kelas menengah bawah adalah tujuan utama dari Jokowi.

Menurut kebanyakan masyarakat, ideologi Jokowi dinilai paling sesuai dengan ideologi mereka. Terbukti, pada 2019 Jokowi kembali memenangkan Pilpres kedua kalinya sekaligus mengesahkan jabatan Presiden dua periode.

Kemenangan Jokowi ini menjadi etape baru politik di Indonesia, di tengah gempuran elite politik, oligarki hingga militer, Jokowi mampu merebut puncak kekuasaan dan menjadi Presiden Republik Indonesia.

Kebijakan Jokowi dominan pada ekonomi dan industri yang diwujudkan lewat pembangunan infrastruktur, Jokowi pun berjanji untuk mendorong pembangunan “Indonesia Sentris” alias tidak hanya berpusat di Jawa saja.

Di bawah rezimnya, Jokowi merumuskan Proyek Strategis Nasional atau PSN sebagai dokumen yang memandu pembangunan proyek infrastruktur seperti Trans Papua dan jalan tol di luar Jawa.

Warisan paling terang yang ditinggalkan Jokowi di senjakala kekuasaannya ialah jalan tol sejak berpuasa pada Oktober 2014 hingga 2023, panjang jalan tol yang beroperasi mencapai 1713,83 KM, ini setara dengan 64,7% dari total jalan tol yang beroperasi di Indonesia, belum lagi dengan bandara yang meningkat dari 237 pada 2014 menjadi 257 pada 2023.

Begitu pula dengan stasiun kereta api dari 586 menjadi 607 di 2023 kerja-kerja pembangunan Jokowi tuai apresiasi hingga muncul istilah “Jokowinomics” pasalnya keluaran dari kebijakan ini dinilai apik, pertumbuhan GDP Indonesia stabil di angka 5% pada 2014 hingga 2024. Meski sebetulnya ini jauh dari janji Jokowi yang menargetkan pertumbuhan hingga 7% pada 2018.

Pencapaian Jokowi lainnya adalah pembangunan infrastruktur di desa-desa yang banyak terwujud berkat Dana Desa, BPS turut mencatat Angka kemiskinan era Jokowi menurun dari 28,51 juta pada 2015 menjadi 25,9 juta pada 2020.

Tapi, ambisi pembangunan tak selalu berakhir baik, Koran Tempo melaporkan sejumlah proyek infrastruktur Jokowi justru inefisiensi dan belum mampu meningkatkan perekonomian. Bandar Udara Kerta Jati misalnya, sebagai salah satu PSN di Jawa Barat, stasiun ini sepi penumpang sejak beroperasi pada 2018, padahal nilai investasi pembangunannya mencapai 2,6 triliun.

Selain itu fokus pembangunan, Bapak infrastruktur ini rupanya juga masih banyak berpusat di Jawa, laporan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas per 2022 mendapati sebaran proyek infrastruktur masih didominasi Jawa dan Sumatera.

19 proyek untuk Sumatera dengan nilai Rp 4,55 triliun dan 18 proyek untuk Jawa senilai Rp 639,18 triliun, di Maluku dan Papua hanya ada dua proyek meski nilainya cukup tinggi Rp 428,66 triliun bergeser ke Sulawesi hanya ada tiga proyek dengan nilai Rp 51,83 triliun.

Exit mobile version