Kata Mereka

Jokowi, Pengusaha Mebel Yang Menjelma Menjadi Kekuatan Utama Politik Di Indonesia

111

“Manusia adalah makhluk dinamis yang nampak dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.”

Confusius, 551 SM-479 SM

Joko Widodo, di Indonesia dikenal sebagai orang dengan perawakan kurus dan murah senyum, pria asli solo dengan nama kecil Mulyono ini baru saja purna tugas sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7 pada 20 Oktober 2024 yang lalu.

Penerusnya adalah Prabowo Subianto, lawan politiknya pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Pada Pemilu 2024 yang lalu, Prabowo Subianto bersama wakilnya Gibran Rakabuming Raka dan didukung oleh Joko Widodo serta sebagian besar partai politik dan rakyat Indonesia, akhirnya resmi terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 setalah berhasil unggul jauh atas dua kandidat lainnya.

Karir politik Jokowi sebenarnya dapat dikatakan dimulai saat dirinya menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) cabang Solo.

Setelah dua tahun berhasil memimpin dan mengurus Asmindo, muncul ide dari para pengurus dan anggota Asmindo itu sendiri untuk mencalonkan Jokowi sebagai Walikota Solo pada Pilkada Solo 2005. Alasannya cukup sederhana, agar Solo dipimpin oleh sesama pengusaha mebel yang bisa meningkatkan ekonomi perdagangan dan pariwisata.

Menurut mereka, Jokowi mampu mewujudkan mimpi itu, namun Jokowi menolaknya dengan tertawa yang bisa saja menandakan bahwa dirinya tidak ada niat untuk menjadi Walikota Solo. 😉

Namun siapa sangka pada akhirnya Jokowi maju pada Pilkada Solo 2005 berpasangan dengan F.X. Hadi Rudyatmo. Ya, begitulah manusia, seperti yang dikatakan oleh Confucius “Manusia adalah makhluk dinamis yang nampak dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.”

Diusung oleh PDI-Perjuangan, akhirnya Jokowi meraih suara sebesar 36.62% dan berhasil unggul dari tiga pasangan calon lainnya. Setelah didapuk oleh masyarakat sebagai Walikota Solo, Jokowi-Rudy mulai membenahi Solo. Infrastruktur, Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Pedagang Kaki Lima, hingga rebranding The Spirit of Java, merupakan slogan kota Solo yang terkenal hingga ke mancanegara.

Kerja-kerja Jokowi-Rudy yang dinilai berhasil oleh warga Solo akhirnya kembali mengantarkan mereka memimpin Solo pada periode berikutnya dengan dukungan suara sebesar 90,09% jauh meninggalkan pasangan Eddy-Supradi. Perolehan suara itu tentu saja sangat mengesankan, terlebih jika kita berbicara sejarah Pemilu di Indonesia pasca Orde Baru.

Kisah pengusaha mebel yang sederhana dan sukses membenahi kota Solo tersiar sampai ke Ibu Kota, Jokowi akhirnya diminta untuk ikut dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, dari sinilah kita pada akhirnya mendengar istilah gaya kampanye “Blusukan” yang dimana aktor utamanya adalah Jokowi itu sendiri.

Branding pemimpin yang merakyat akhirnya tersemat pada Jokowi, berkat modal blusukan yang dicitrakannya kepada masyarakat. Tentu ini menjadi nilai penilaian sendiri, karena pada saat itu masyarakat menilai bahwa para pejabat tinggi selalu menjaga jarak dengan rakyat.

Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jokowi-Ahok akhirnya memenangkan Pilgub DKI Jakarta dengan perolehan suara 53,82% berhasil menumbangkan petahana Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli yang memperoleh suara sebesar 46,18%.

Joko Widodo saat menjabat Gubernur Jakarta, memeriksa gorong-gorong saluran pembuangan Jalan MH Thamrin di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (26/12/2012).

Foto tersebut menjadi salah satu foto yang ikonik pada waktu itu, sebagian ada yang mencibir dengan mengatakan hanya untuk gaya-gayaan, untuk pencitraan, dan lain sebagainya. Namun, sebagian ada juga yang mengatakan bahwa Jokowi adalah tipe pemimpin yang bekerja tanpa banyak retorika.

Tidak hanya populer dengan gaya blusukannya, Jokowi juga dikenal sebagai sosok yang sederhana. Lahir di Solo pada 1961 ayah Jokowi adalah seorang penjual kayu dan Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga pada umumnya, yang juga pernah tiga kali mengalami penggusuran rumah.

Konsistensi yang ditunjukkan Jokowi dalam kesederhanaan membuat dirinya dijuluki sebagai pemimpinnya wong cilik, narasi yang ia bangun berhasil mendobrak elitisme politik dan menjadikannya sosok dan tokoh yang merakyat dan bersih karena tidak tergabung dengan elite, dan hanya berorientasi pada kerja, kerja, dan kerja.

Exit mobile version