Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Al-Quran, Surah Al-Ahzab, Ayat 21
Sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim, darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya.
Hal tersebut tidaklah berlebihan, karena Allah SWT telah menyiapkan kepribadian Rasulullah sebagai panutan utama kaum muslimin, sebagaimana firman Allah SWT
“Laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun ḫasanatul limang kâna yarjullâha wal-yaumal-âkhira wa dzakarallâha katsîrâ“
Dengan mengetahui sejarah hidup Rasulullah SAW, akan mengantarkan kita pada sebuah pemahaman bahwa agama Islam disebarkan dengan perjuangan yang berat, dan tantangan yang beraneka ragam.
Dari sini juga kita dapat memahami bahwa kehidupan Rasulullah SAW bukanlah cerita fiksi atau khayalan, akan tetapi merupakan kisah nyata dengan segudang pelajaran di dalamnya.
Kehidupan Beragama
Pada pada awalnya mayoritas bangsa Arab mengikuti agama Nabi Ibrahim AS, yaitu ajaran tauhid untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Namun setelah waktu berjalan sekian lama, mereka melalaikan hal tersebut, meskipun masih ada sisa-sisa peninggalan ajaran tauhid Nabi Ibrahim AS.
Hingga kemudian di Mekkah ada seorang yang bernama Amr bin Luhay, pemimpin klan Bani Khuza’ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya, karena kedermawanan dan perilakunya yang baik.
Suatu ketika Amr bin Luhay pergi ke Syam, di sana melihat masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah. Ia menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan yang sangat baik.
Maka ketika kembali ke mekah, ia membawa satu berhala yang bernama Hubal, berhala berbentuk manusia yang terbuat dari batu akik, yang kemudian oleh Amr bin Luhay diletakkan di dalam Ka’bah.
Kemudian Amr bin Luhay mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan oleh penduduk Syam, karena pengaruh kedudukannya tak lama kemudian penyembahan berhala menjadi keyakinan tersendiri penduduk Mekah pada saat itu.
Ajaran itu menyebar cepat ke wilayah Hijaz, sebuah wilayah di pesisir barat, hingga menyebar luas meliputi Jazirah Arab. Bahkan disekitar Ka’bah ada ratusan berhala yang disembah, dari sana muncullah berbagai bentuk praktik Syirik Bidah dan khurafat di masyarakat Arab.