Kata Mereka

Resiprokal Tarif

2

Hal mendasar yang perlu dipahami adalah, kebijakan trump ini bukan berarti pemerintah Indonesia membayar biaya tarif 19% kepada Amerika, tetapi justru konsumen Amerika wajib membeli produk Indonesia lebih mahal sebesar 19% dari tarif biasanya. Hal itu pula yang membuat, banyak warga negara Amerika sendiri, membuat video di Twitter dan TikTok yang menertawakan kebijakan Trump ini sebagai suatu kebodohan, karena rakyat Amerika faham, mereka sendirilah yang saat ini justru harus membayar lebih mahal untuk membeli produk Indonesia.

Tarif timbal balik ini, tidak hanya berlaku untuk Indonesia, tetapi diterapkan juga oleh Trump untuk seluruh negara di dunia termasuk negara Asean, seperti Vietnam 20%, Myanmar 40%, Malaysia 25%, Philippine 20%, Thailand 36%. Berarti komoditi Indonesia terutama pertanian, akan jauh lebih murah harganya di Amerika dibandingkan negara-negara Asean lainnya, seperti Karet Alam, Kopi, pakaian jadi, tekstil, kelapa, CPO, yang selama ini justru lebih dikuasai nilai total expor-nya oleh Malaysia, Vietnam, Myanmar dibandingkan Indonesia.

Dengan begitu, justru kebijakan Trump ini bisa menjadi momentum awal bagi seluruh produk Indonesia untuk menguasai pasar di Amerika.

Hikmah lain dari kebijakan Trump ini adalah, rakyat Indonesia akan mendapatkan produk USA, dengan harga yang jauh lebih murah, karena tarif yang dikenakan adalah 0%.

Kekhawatiran beberapa ekonom bahwa kebijakan Trump ini akan mengancam komoditas pertanian Indonesia dalam jangka panjang, karena komoditas pertanian Amerika akan banyak masuk ke Indonesia menurut ane juga tidak beralasan karena faktanya, 10 besar produk Amerika yang di eksport ke Indonesia selama ini tidak berasal dari komoditas pertanian, tetapi dari peralatan mekanik, perlengkapan elektrik, kendaraan udara, instrumen optik, pulp dari kayu, bahan bakar mineral.

Jadi kalau ada yang bilang, bahwa kebijakan Trump ini bukti kebodohan Prabowo, yakin saja orang tersebut hanya terbiasa mengasah otaknya dengan membaca komik petruk gareng bergambar dan otaknya tak terbiasa mengolah data dan mencerna suatu berita.

Bahkan mungkin, kalau pergi kemana-mana, otaknya ditinggal di rumah, gak pernah ikut dibawa.

Exit mobile version